Bojonegoro, –Suarawonocolo.com- Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota, sebuah oase kebersamaan tumbuh subur di Desa Kauman, Kecamatan Bojonegoro. Taman Inklusi, yang berlokasi di halaman sebuah kedai sederhana bernama Actore Mediart, menjadi tempat bertemunya teman tuli dan teman dengar untuk saling belajar, berbagi, dan berkarya.
Sore itu, meski hujan membasahi bumi Bojonegoro, semangat di Taman Inklusi tetap membara. Sekelompok anak dan remaja, yang terdiri dari teman tuli dan teman dengar, tampak asyik bercengkerama di kedai Actore Mediart. Kedai yang atapnya bocor di sana-sini itu menjadi saksi bisu bagaimana inklusi sejati terwujud dalam kesederhanaan.
Taman Inklusi sendiri merupakan gagasan dari Takim Kok Gito-Gito, seorang seniman pantomim yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu inklusi. Ia menyulap halaman kedai menjadi ruang kreatif yang memungkinkan teman tuli dan teman dengar untuk berinteraksi dan mengembangkan potensi diri.
"Di sini, teman dengar belajar bahasa isyarat, sementara teman tuli belajar mengekspresikan diri dengan bahasa mereka sendiri," ujar salah satu pengurus Taman Inklusi. "Kadang ada salah paham, tapi justru itu yang membuat suasana semakin cair dan akrab."
Gita, seorang teman tuli yang kini menjadi mentor bagi teman dengar, mengaku bahwa awalnya ia merasa tidak percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Namun, berkat adanya Taman Inklusi, ia kini lebih berani dan percaya diri. "Saya merasa punya jembatan untuk belajar bersosialisasi di tengah masyarakat," tuturnya.
Taman Inklusi Kauman bukan hanya sekadar tempat berkumpul. Lebih dari itu, taman ini menjadi model pembelajaran inklusi yang komprehensif. Di sini, terdapat ruang belajar, ruang apresiasi, ruang ekonomi, ruang pengembangan, dan ruang untuk berbagi perasaan.
Keberadaan Taman Inklusi Kauman diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk menciptakan ruang inklusif yang memungkinkan semua orang, tanpa terkecuali, untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat.
Posting Komentar